
Kegiatan seminar tentang pelestarian kain batik kerja sama antara Museum Tekstil Jakarta dan Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Saya melakukan perjalanan ke berbagai tempat dan menulis tentang berbagai hal tanpa perlu memiliki batasan. Terkadang, saya juga senang mondar-mandir dan bertamu ke beberapa kantor kawan. Berlibur pada hari kerja atau bekerja di akhir pekan. Lalu, apa yang sehari-hari saya lakukan? Mana liburan dan mana pekerjaan?
Ketika orang bertanya hal itu, saya lebih nyaman untuk menyebut diri sebagai penulis dan peneliti lepas – interdisciplinary researcher and queer writer. Saya pun tidak memiliki fokus isu atau bidang spesifik yang saya geluti secara konsisten. Saya pernah bekerja untuk isu gender, media, AIDS, perdagangan orang, kebudayaan, pariwisata, lingkungan, kebencanaan, seksualitas, dan lain-lain. Saya lebih nyaman untuk mengatakan bahwa saya tidak membatasi diri pada kotak tertentu dan menikmati apa yang mungkin orang anggap sebagai ketidaknyamanan untuk terus kembali mempelajari hal baru, bertemu orang-orang berbeda, dan mengerjakan sesuatu yang menantang untuk dipikirkan secara kreatif. Terus bermimpi dan tidak takut untuk merealisasikan apa yang kita impikan. Semakin menakutkan, itu mungkin kian terdengar menarik sekaligus menantang!
Jurnalisme & Media
Saya memulai kecintaan pada aktivitas tulis-menulis sejak remaja. Dulu, saya bercita-cita mau jadi pelukis. Tapi, seorang guru saya di sekolah bilang melukis bukanlah pekerjaan, melainkan hobi. Saya ingin jadi penulis, lantas jatuh cinta pada profesi jurnalis. Dan saya melihat jalinan yang menarik antara hobi dan pekerjaan.
Saya kuliah di jurusan S1 Ilmu Jurnalistik. Dari situlah karier saya dimulai sebagai pekerja media yang menikmati mewawancarai orang-orang dan menuliskan suara-suara dari mereka yang tak terdengar, bahkan sengaja dibungkam. Saya mengawalinya dengan menjadi jurnalis di Yayasan Jurnal Perempuan (YJP). Saya juga mulai aktif menulis untuk media alternatif, baik itu zine maupun portal independen yang dikelola kawan-kawan sendiri.

Program Radio GAUNG AMAN “Jelajah Nusantara.”
Sampai saat ini, hal-hal terkait jurnalistik masih menjadi ketertarikan saya di mana saya gemar untuk berkolaborasi dan mengkreasikan konsep maupun konten pada berbagai media massa maupun media alternatif-kreatif lainnya.
Organisasi Masyarakat Sipil & Gerakan Sosial
Pada awalnya, selain jurnalis, adalah organisasi masyarakat sipil (OMS) yang menjadi wadah aktivitas saya. Saya adalah jurnalis untuk media alternatif yang dikelola oleh sebuah OMS. Isu perempuan dan gerakan feminisme di Indonesia menjadi pintu untuk memahami berbagai persoalan ekonomi, sosial-budaya, politik, dan lingkungan di Indonesia. Di organisasi itu, saya melakukan kerja-kerja yang bersinggungan dengan berbagai isu yang mendorong terciptanya keadilan dan kesetaraan gender.
Setelahnya, saya melanjutkan aktivitas menjadi relawan di berbagai komunitas dan bekerja di berbagai organisasi non-profit lainnya, yaitu Aliansi Masyarakat Sipil untuk Demokrasi – YAPPIKA, Miyara Sumatera Foundation, dan Perkumpulan SKALA. Selama sekitar tiga tahun di Miyara Sumatera Foundation, saya belajar banyak hal untuk kerja-kerja terkait kebudayaan hingga kini, termasuk pengkajian dan tradisi kain. Secara umum, isu-isu pembangunan di lintas sektor yang saya geluti selama sekitar 10 tahun ini telah memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran.
Pariwisata
Tahun 2009, saya mendapatkan beasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan studi S2 Manajemen Marketing Pariwisata. Dunia baru yang sama sekali tak saya kenal sebelumnya. Di sanalah saya berkenalan dengan ilmu pariwisata dan mempertajam perspektif ketika jalan-jalan. Di kampus, saya banyak mempelajari pariwisata dari aspek perencanaan, manajemen, marketing, dan komunikasi bisnis. Bidang tersebut memperkenalkan saya pada pintu lain. Menjelang usia 25 tahun, saya lulus dengan predikat cum laude dan mendapat gelar master di bidang tersebut. Namun, tentu saja ada banyak upaya yang harus saya lakukan mewakili generasi muda untuk menjalin kolaborasi dengan para senior di bidang pariwisata. Saya sempat bekerja untuk organisasi yang bergerak di bidang riset sekaligus menjadi konsultan pariwisata untuk proyek-proyek penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Budaya DKI Jakarta, Dinas Pariwisata Provinsi Kota Padang, dan dinas pariwisata lain di berbagai daerah serta sejumlah perusahaan konsultan.
Aktivitas di bidang pariwisata masih saya lakukan sambil berjalan-jalan melepas penat atau menggali inspirasi dalam menulis. Di bidang kepariwisataan, saya telah menulis sejumlah buku bertema kajian atau studi pariwisata, yaitu Peluang & Tantangan Pariwisata Indonesia (Penerbit Alfabeta, 2014); Pariwisata & Isu Kontemporer (Jejakwisata.com & Nulisbuku.com, 2015); dan Kota Tua JKT (Jejakwisata.com, 2016). Melalui buku travel writing yang ditulis secara popular, yaitu Porn(O) Tour (Tiga Serangkai, 2015), saya mengampanyekan isu etika dalam pariwisata. Buku itu mendapatkan respon positif di mana saya banyak bekerja sama dalam membuka wacana dan dialog dengan komunitas pecinta jalan-jalan di berbagai kota. Saya juga diundang untuk menjadi dosen tamu di kampus-kampus pariwisata, termasuk Politeknik Negeri Padang di Kota Padang, Universitas Sahid Jakarta, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Universitas Gajah Mada di Jogja, dan Unversitas Brawijaya di Malang.

Menjadi dosen tamu untuk mata kuliah “Antropologi Pariwisata” di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Hingga kini, saya masih menggeluti profesi sebagai konsultan lepas untuk bidang perencanaan dan pembangunan pariwisata serta berupaya tetap konsisten dalam menulis.
A Writer, Researcher, & Beyond…
Saat ini saya begitu tertarik dengan hal-hal terkait marketing dan branding, kewirausahaan, dan industri kreatif. Saya masih menulis, baik secara independen ataupun dengan klien. Saya terus berproses mengimplementasikan proyek non-komersil yang dilakukan sendiri atau bersama pihak lain. Saya gemar meneliti dan menulis apa pun dengan bentuk naratif & kualitatif, baik untuk kesenangan pribadi, sekadar membantu kawan, atau dengan komisi.
Kini untuk semua yang saya lakukan, saya tidak membatasi diri pada suatu kotak. Bukankah bekerja tak selamanya harus mengurung diri pada suatu bilik? Begitu pun dengan bekerja yang tak selamanya pula dilakukan untuk materi?
I am working with Life for simply I am Life.
Connect to my LinkedIn to know more about my professional background. I would be very delighted to spend a cup of coffee talking about how you can make things happen with me!